HaryBlog.com

Sepena Sekata

Menu
  • Home
  • Review
    • Books
  • Thoughts
Menu
resensi-novel-tentang-kamu-tere-liye

Resensi Novel Tentang Kamu – Tere Liye: Pilihan Di Tengah Luka

Posted on September 1, 2023August 29, 2023 by admin

“Sebelum kulanjutkan, aku tanyakan padamu. Kamu mau memilih menjadi Sri Ningsih atau Sulastri?”

***

Dalam kehidupan berorganisasi, saya kerap menemukan orang-orang yang “kuat” sekali hidup dalam kekecewaan. Mereka memupuk luka di hati, lalu tumbuh hingga mengakar kokoh. Orang-orang ini terus memendam kekecewaan itu, kemudian mundur dari organisasi tanpa berita. Ada yang menganggap pendapatnya tak pernah didengar, ada yang diam-diam tak suka pada kebijakan pemimpin, dan kekecewaan-kekecewaan lainnya.

Padahal kekecewaan, luka, atau rasa sakit itu adalah konsekuensi logis dalam kehidupan sosial. Sebab kita hidup dengan sesama manusia. Kita tak sempurna, mereka pun tak sempurna. Kita bisa salah, mereka pun juga. Bisa jadi semua luka itu hanya salah paham yang bisa terselesaikan dalam waktu singkat dengan komunikasi yang baik.

Saat membaca “Tentang Kamu”, sekilas saya teringat kembali dengan orang-orang ini.

Alur Tentang Kamu

“Tentang Kamu” bermula dari panggilan mendadak dari Sir Thompson, partner senior di firma hukum Thompson & Co., kepada Zaman Zulkarnaen. Sabtu pagi di Belgrave Square itu berbuah kabar baik dan kabar buruk sekaligus bagi Zaman. Kabar baiknya, ia berkesempatan mengisi satu dari enam kursi lawyer senior. Itulah enam kesatria hukum terbaik yang selama ini menjaga kesucian Thompson & Co. Posisi yang tidak mungkin ditolak oleh Zaman. Namun kabar buruknya, ia harus menyelesaikan sebuah kasus pelik untuk mendapatkan kursi tersebut.

Zaman memperoleh mandat untuk menyelesaikan pembagian warisan senilai satu miliar poundsterling. Atau setara dengan 19 triliun rupiah. Nilai yang cukup untuk mengalahkan kekayaan Ratu Inggris dan keluarganya. Harta warisan tersebut tersimpan dalam 1% kepemilikan surat saham di sebuah perusahaan toiletries dunia.

Anehnya, pemilik warisan tersebut bernama Sri Ningsih. Orang Indonesia berpaspor Inggris yang ditemukan meninggal sembilan hari lalu di sebuah panti jompo di Paris. Usianya 70 tahun dan tidak ada data mengenai ahli warisnya.

Petunjuk pertama Zaman ialah La Cerisaie Maison de Retraite. Sebuah panti jompo yang berada di kawasan elit Quay d’Orsay, berjarak sembilan ratus meter dari Menara Eiffel. Sri Ningsih sempat tinggal di panti itu, tepatnya di kamar 602 yang berada di lantai enam. Di sana, Zaman berhasil memperoleh buku diary Sri Ningsih dari Madam Aimée, pengurus panti.

Juz Pertama. Tentang kesabaran. 1946-1960.

Dua halaman pertama buku diary Sri Ningsih membawa Zaman ke Pulau Bungin, Sumbawa. Sebuah pulau kecil di mana rumah-rumah yang tumbuh dari atas permukaan laut, perahu tertambat di tiang-tiang, dan kambing-kambing mengunyah kertas.

Selama empat hari, Zaman ditemani sopir jip bernama La Golo mencoba menelusuri masa kanak-kanak Sri. Sampai akhirnya, di hari kelima, Zaman bertemu Pak Tua Ode. Darinya, Zaman berhasil melacak masa kecil Sri.

Tentang Nugroho dan Rahayu, ayah dan ibu Sri. Kisah Rahayu yang wafat seusai melahirkan Sri. Cerita Nusi Muratta, istri baru Nugroho. Mengenai Tilamuta, adik tiri Sri. Riwayat Nugroho yang tenggelam dalam sebuah pelayaran. Hikayat cinta Nusi Muratta yang berubah menjadi benci. Tentang siksaan itu, tentang luka itu. Dan tentang Sri yang tidak sedikit pun menaruh dendam pada Nusi Muratta.

Uniknya, dalam episode ini muncul kapal Blitar Holland dan Kapten Philips sebagai cameo. Singkat, tapi cukup menghibur. Ini salah satu gebrakan baru dari Bang Tere. Siapa tahu nanti Zaman bisa tergabung dalam satu tim dengan Thomas, Bujang, dan Ambo Uleng. Tapi sepertinya harus menunggu Lail dan Esok membuat mesin waktu. Hehe.

Juz Kedua. Tentang persahabatan. 1961-1966.

Setelah rumahnya terbakar dan Nusi Muratta tewas, Sri dan Tilamuta memutuskan meninggalkan Pulau Bungin. Tilamuta, itulah “harapan” yang membawa Zaman ke Pesantren Kiai Ma’sum di Surakarta.

Kali ini Zaman ditemani Pak Sarwo, sopir yang menjemputnya di Bandara Adi Sumarmo. Di sana Zaman berkenalan dengan Ibu Nur’aini.

Darinya, Zaman mencoba menguak masa remaja Sri. Kisah tentang persahabatan yang rusak karena dengki. Tentang Mbak Lastri dan Mas Musoh yang bergabung dengan PKI. Sejarah pesantren yang diserang dan santrinya yang dibantai. Tentang Tilamuta yang tewas mengenaskan. Cerita pengkhianatan itu, tentang luka itu. Dan tentang Sri yang harus memilih antara kebenaran atau persahabatan.

Saya bisa ibaratkan Mbak Lastri ini sebagai anti-tesis dari Sri Ningsih. Sri seperti tokoh Ray dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Hidupnya akrab bersama musibah. Tapi ia mampu berdamai dengan semua luka itu. Adapun Mbak Lastri, hidup dengan memendam kekecewaan.

Juz Ketiga. Tentang keteguhan hati. 1967-1979.

Zaman berangkat ke Jakarta. Mencari sisa-sisa kehidupan Sri yang terserak. Tidak hanya itu, Ibu Nur’aini juga sempat menyerahkan sebuah kotak berisi surat-surat yang dahulu dikirimkan Sri. Tilamuta wafat, harapan Zaman satu-satunya telah terkubur.

Dalam pencariannya, Zaman disopiri oleh Sueb, pengendara ojek online.  Zaman akhirnya tiba di salah satu perusahaan toiletries multinasional. Ia bertemu kepala pabrik bernama Chaterine.

Darinya dan dari surat-surat Sri, Zaman mencoba mengungkap masa muda Sri yang penuh perjuangan. Tentang gerobak dorong. Mengenai Rahayu Car Rental. Hikayat Peristiwa Malari. Riwayat Sri yang menjadi pengawas pabrik dan belajar di Singapura. Sejarah sabun mandi “Rahayu”. Dan tentang hantu itu, tentang luka yang dicucuk lagi.

Sri tiba-tiba menjual pabriknya dengan 1% kepemilikan saham. Ia lalu pergi ke London. Lagi-lagi Zaman tak memperoleh petunjuk apa pun mengenai ahli waris Sri.

“Chaty, jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru. Aku titip pabrik ini. Rawat dia seperti merawat anakmu sendiri.” (hlm. 278)

Juz Keempat. Tentang cinta. 1980-1999.

Sekembalinya ke London, bus tingkat merah khas London menuntun ingatan Zaman mengenai foto Sri di kamar 602. Foto Sri yang berdiri di depan bus dengan nomor rute 16. Pencariannya kini mengantar Zaman bertemu Lucy di Victoria Bus Station, yang kemudian menuntunnya mengunjungi kawasan Little India di London.

Petunjuk itu benar-benar dekat selama ini. Di kawasan itu, Zaman bertemu Rajendra Khan. Pemilik kios makanan halal di dekat stasiun kereta Victoria. Kios yang hampir setiap hari dikunjungi Zaman sebelum ke Belgrave Square.

Darinya, Zaman menelusuri episode lain kehidupan Sri. Tentang keluarga angkat Sri. Mengenai sopir bus rute 16. Hikayat cinta Sri dan Hakan Karim. Terciptanya lagu “Tentang Kamu”. Kisah kepergian anak Sri, Rahayu dan Nugroho, serta Hakan. Cerita musibah yang bertubi-tubi itu, tentang luka itu. Dan tentang hantu masa lalu yang memaksa Sri kabur ke Paris.

Juz Kelima. Tentang memeluk semua rasa sakit. 2000-….

Tidak ada satu pun keluarga Sri yang dapat ditelusuri jejaknya. Satu-satunya harapan adalah menemukan surat wasiat Sri. Saat itulah, masalah lain datang. Firma hukum A&Z Law mengajak Thompson & Co. untuk bernegosiasi. Mereka membawa dua wanita bernama Ningrum dan Murni. Keduanya mengaku sebagai mertua sekaligus istri Tilamuta dan menjamin bahwa Tilamuta masih hidup.

Insting Zaman mengatakan ada yang sedang tidak beres di sini. Ia harus segera menemukan surat wasiat Sri. Atau harta warisan itu akan jatuh ke tangan yang salah.

“…Karena pada akhirnya, semua hal memang akan selesai, memiliki ujung kisah. Maka saat itu berakhir, aku tidak akan menangis sedih, aku akan tersenyum bahagia karena semua hal itu pernah terjadi.” (hlm. 409)

***

Ulasan Tentang Kamu

Saya termasuk orang yang suka membaca buku biografi. Tapi ini buku biografi fiksi pertama yang saya kenal. Bagi saya, tema yang diangkat Bang Tere ini sangat fresh. Biografi mampu merangkum semua episode dan emosi sebagaimana manusia umumnya. Bahagia, sedih, kecewa, marah, gagal, berhasil, menyerah, bangkit, menang, kalah, semuanya ada. Lengkap. Berbeda jika kita hanya memotong satu episode kehidupan seorang tokoh. Cerita semakin menarik karena “Tentang Kamu” dikemas dengan konflik pembagian harta warisan.

Tepatlah ketika Bang Tere bilang, sebenarnya novel ini bicara tentang apa sih, ya tentang kamu. Semua pembaca bisa memposisikan diri menjadi siapa pun. Menjadi Sri ketika Pulau Bungin, menjadi Sri saat di pesantren, menjadi Sri yang bertahan hidup di ibukota, menjadi Sri di London dan Paris, atau menjadi seperti tokoh-tokoh lainnya. Itulah uniknya biografi.

“Tentang Kamu” ditulis menggunakan sudut pandang (PoV) orang ketiga. Sulit mencari cela dari sudut pandang ini. Sebab penulis bebas mengeksplorasi narasi, adegan, dan dialog. Beda jika kita bandingkan—misalnya—dengan Pulang yang memakai sudut pandang orang pertama.

Alur dibuat maju-mundur. Tidak melulu bicara tentang Sri Ningsih. Kita tetap bisa mengikuti setiap kemajuan dalam kasus yang tengah ditangani Zaman. Termasuk masa lalu dan kehidupan pribadinya.

Habits

Saya pernah belajar mengenai passion dan visi hidup. Salah satu yang saya pelajari ialah bahwa diri kita hari ini terbentuk dari habit atau kebiasaan kita selama 5 sampai 10 tahun ke belakang. Dan diri kita 5 atau 10 tahun ke depan adalah hasil dari kebiasaan yang kita bangun hari ini. Di dalam “Tentang Kamu”, alur kehidupan Sri Ningsih menjadi masuk akal dengan teori ini.

Kita bisa temukan sosok Sri yang rela membersihkan kakus pondok setiap hari, sebab ia secara tidak langsung sudah terlatih oleh siksaan Nusi Muratta selama di Pulau Bungin. Tubuhnya terpasang alarm alami. Bangun jam 4 pagi, lantas segera mengerjakan segala urusan rumah tangga. Di Jakarta, seluruh pengalamannya berbuah hasil. Ibukota memang sulit ditaklukkan, tapi jiwa pantang menyerah dan kesabaran Sri telah diuji dengan masalah-masalah yang lebih menyesakkan. Ia cepat belajar dan beradaptasi. Kemampuan bahasanya sudah terlihat ketika masih belajar dengan Tuan Guru Bajang. Keterpaduan alur ini membuat perjalanan Sri menjadi logis. Pembaca mungkin hampir tidak bisa bertanya, “Kok tiba-tiba begini, sih?” Seperti saat Sri berkenalan dengan keluarga Rajendra di Chelsea Flower Show secara tidak sengaja. Lalu alur cerita membawa Sri ke Little India sehingga mendapatkan tawaran tinggal di apartemen milik keluarga Rajendra sebagai bentuk balas budi.

Ini bisa disebut kebetulan yang mengada-ada. Tapi ini logis. Karena setiap episodenya saling terpadu.

Eksperimen dalam Tentang Kamu

Saat launching novel ini, Bang Tere sempat mengungkapkan tiga ekperimen terbaru yang dilakukannya. Termasuk membuat setting di luar negeri. Kita memang pernah menemukan Bang Tere menyisipkan kota-kota mancanegara seperti di Pulang dan Rindu. Namun belum ada yang sedetail ini. Mengingatkan saya dengan Ayat-Ayat Cinta 2 milik Kang Abik. Deskripsi kota lengkap dengan jalan-jalannya. Apalagi kehadiran kota-kota itu memang kebutuhan, bukan sekadar gaya-gayaan. Bayangkan sebuah firma hukum yang telah menjadi legenda, para pengacaranya adalah kesatria yang menjunjung prinsip hidup, dan berkesempatan menyelesaikan pembagian harta warisan senilai 1 miliar poundsterling. Maaf, tapi sepertinya kita tidak bisa menemukan itu di Indonesia. Sri juga perlu kabur dari hantu masa lalunya, tidak mungkin hanya berputar-putar di negara yang sama.

Setiap tokoh tidak dideskripsikan secara berlebihan. Saya sendiri mengeja karakter Zaman dari perkataan dan perbuatannya, bukan dari deskripsi penulis. Hal-hal tidak penting seperti tinggi badan dan warna kulit, dikesampingkan. Namun, saya belum menemukan karakter seperti Zaman ini di novel Bang Tere lainnya dalam wujud wanita. Thomas, Bujang, dan Ambo Uleng mirip dengan Zaman, tap ketiganya laki-laki. Barangkali Bang Tere mau bereksperimen dengan hal ini di novel selanjutnya. Hehe.

Setiap tokoh dalam novel juga tidak muncul sia-sia. Mungkin ini salah satu ciri khas dari Bang Tere. Bahkan Encik Razak yang menjadi pilot pesawat jet pun memiliki andil saat menunjuki Zaman mengenai Pulau Bungin. Atau Maximillien yang berperan sebagai gimmick, tanpa kehadirannya mungkin ada beberapa dialog penting di panti yang hilang. Misalnya, dialog antara Zaman dan Aimée.

“…Selain bagiku, janji adalah janji, setiap janji sesederhana apa pun itu, memiliki kehormatan.” (hlm. 45)

Mengenai riset dan pengetahuan, kita mungkin tidak perlu heran lagi. Bagi yang akrab dengan novel Bang Tere dan mengetahui latar belakangnya, kita bisa menebak istilah-istilah ekonomi di dalam novel adalah makanan sehari-hari penulis. “Tentang Kamu” semakin terasa dekat karena beberapa nama tokoh hingga sampul buku merupakan hasil survei di fanpage penulis.

Typo dan Inkonsistensi

Di balik semua itu, cukup disayangkan masih ada beberapa typo dan inkonsistensi penulisan. Padahal buku yang saya baca ini merupakan cetakan keempat. Typo misalnya terletak pada,

“Hari itu, tahun 1955, usia Sri Rahayu menjelang sembilan tahun…” (hlm. 96) Sejak kapan Sri berganti nama?

“SPV? Ini bukan penyelidikan pajak, Eric.” (hlm. 207) Seharusnya Zaman.

Mengenai ikonsistensi misalnya terlihat pada,

“Keluarga Nugroho tiba di Pulau Bungin tahun 1944.”(hlm. 67) dan “…Tahun 1945, Nugroho dan istrinya tiba di pulau ini.” (hlm. 69) Jadi, yang benar yang mana?

Ada pula beberapa kejanggalan yang mengganggu. Kejanggalan paling terasa ialah sosok Sueb. Baiklah, Sueb memang orang asli Jakarta. Dari gaya bicaranya pun menunjukkan itu. Tapi untuk tahu Cadillac dan Fiat, mengingat dengan persis bulan dan tahun banjir setinggi dua meter di Sudirman, tahapan pembangunan Monas, hingga Peristiwa Malari? Di satu sisi, pembaca memang dapat menambah pengetahuan. Tapi apakah Sueb ini wikipedia berjalan? Dan Peristiwa Malari. Aneh untuk pengacara sekaliber Zaman tidak tahu peristiwa itu. Lalu bertanya pada—maaf—seorang tukang ojek?

Saat Zaman menerangkan analisisnya mengapa Ningrum bisa sampai ke Paris juga terkesan kurang smooth. Zaman seperti pihak ketiga yang mengetahui semuanya. Mungkin jika Bang Tere membuat narasi tersendiri, kisahnya bisa lebih mengalir.

Terakhir yang saya sayangkan, mengapa pembaca digantung mengenai empat pertanyaan yang diajukan Eric saat pertama kali mewawancarai Zaman? Saya kira empat pertanyaan itu nantinya akan menjadi bekal Zaman dalam kasus ini. Huft. Ini kekesalan pribadi, sih. Mungkin di lain waktu Bang Tere bisa menjelaskan. Hehe.

Hikmah Tentang Kamu

Terlepas dari segala kekurangan itu, Sri dan orang-orang dan sekitarnya adalah tokoh fiksi yang patut diteladani. Termasuk Mbak Lastri. Dari Mbak Lastri dan Mas Musoh kita belajar bahwa dengki mampu membakar sesuatu yang berharga sekelas persahabatan, sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. Padahal, masalah mereka dapat selesai cukup dengan komunikasi di antara dua pihak. Meluruskan kesalahpahaman dan pandangan negatif yang destruktif.

Saya betul-betul teringat dengan mereka yang masih bisa hidup dengan menggenggam bara kekecewaan. Kawan, kita selalu memiliki pilihan di tengah luka. Berdamai dengan itu atau merawatnya hingga tumbuh subur di dada. Baik cinta maupun benci, sama-sama bisa menjadi energi yang mengagumkan.

Sekali lagi aku tanyakan padamu. Kamu mau memilih menjadi Sri Ningsih atau Sulastri?

***

Judul: Tentang Kamu

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Republika Penerbit, Jakarta

Tebal: vi+524 halaman; 13.5 x 20.5 cm

Cetakan: IV, November 2016

Nomor ISBN: 978-602-082-234-1

Category: Books

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Belajar Pajak Bisa Lebih Asyik, Seperti Main Game!
  • Gen Z Cari Kost? Jangan Cuma Nyaman, Sekalian Cuan di NgeKost D’Paragon dan Djurkam
  • Resensi Novel Kisah Sang Penandai – Tere Liye: Sampai Kapan Kamu Mampu Percaya?
  • Resensi Novel Tentang Kamu – Tere Liye: Pilihan Di Tengah Luka
  • Resensi Ayat-Ayat Cinta 2: Islamopobia, Amalek, dan Fahri yang Terlalu Sempurna

Recent Comments

  1. Gen Z Cari Kost? Jangan Cuma Nyaman, Sekalian Cuan di NgeKost D’Paragon dan Djurkam on Resensi Novel Girls in The Dark: Siapa Ingin Membunuh Siapa
  2. Resensi Ayat-Ayat Cinta 2: Islamopobia, Amalek, dan Fahri yang Terlalu Sempurna on Resensi Novel Pergi: Memburu Makna Hidup di Belantara Shadow Economy
  3. Resensi Novel Memory of Glass: Mencari Pecahan Ingatan Seorang Pembunuh on Resensi Novel Girls in The Dark: Siapa Ingin Membunuh Siapa

Archives

  • August 2025
  • July 2025
  • October 2023
  • September 2023
  • August 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • January 2023

Categories

  • Books
  • Lifestyle
  • Thoughts
© 2025 HaryBlog.com | Powered by Minimalist Blog WordPress Theme